Sabtu, 01 Januari 2022

KOMUNITAS AKAN MATI TANPA KASIH

KOMUNITAS AKAN MATI TANPA KASIH

Pesta merupakan sebuah perayaan  dan kesempatan untuk berinteraksi dengan sesama yang kita kasihi, dan juga merupakan sebuah kesempatan memperkuat budaya/tradisi yang baik. Ada banyak sekali jenis pesta, antara lain pesta pernikahan, pesta ulang tahun kelahiran atau pernikahan, pesta berbagai adat dalam setiap suku, dan banyak lagi pesta yang belum disebutkan. Berkumpul dan bersosialisasi dalam sebuah komunitas tentunya harus berlandaskan kasih. Pernahkah kita bayangkan kehidupan atau sebuah komunitas tanpa rasa cinta dan kasih saying?  Menurut kita, apakah arti kasih dalam komunitas atau pada sebuah pesta? Pada kesempatan ini, saya menuliskan pengalaman yang saya rasakan dan alami dalam sebuah pesta.

Pada hari jumat, tanggal 26 November 2021 pukul 12.30 WIB, dengan bersukacita dan bersemangat kami berenam tentunya bersama dengan bapak supir yang merupakan lae saya (sebutan untuk suami dari adik perempuan di suku batak) berangkat dari Pematangsiantar menuju daerah Riau. Perjalanan yang cukup lama mulai membuat kami dan terutama si Bintang yang masih  berumur 10 Tahun merasa bosan dan jenuh karena harus duduk dalam mobil lebih dari 6 jam. Saya berusaha untuk  mengajak dia mengenali beberapa daerah - daerah  yang kami lewati dan melihat beberapa bangunan yang menarik. Pada pukul 23.30 kami tiba di rumah keluarga Bapauda (adek dari ayah saya, demikian kami  memanggilnya). Meskipun  keadaan kami sangat letih, tidak mengurangi semangat dan sukacita kami untuk menyapa dan berinteraksi dengan keluarga yang telah hadir terlebih dahulu.

Pada hari Sabtu, tanggal 27 November 2021 kembali kami melakukan perjalanan menuju kota dimana pesta pernikahan ito saya dilaksanakan. Setibanya kami di rumah paranak (sebutan bagi keluarga mempelai pria yang akan melangsungkan pernikahan) untuk melaksanakan Kegiatan sibuha-buha i. Sibuha-buha i adalah awal acara pemberkataan nikah, dan juga sebagai tanda pemberian hormat kepada boru raja (sebutan mempelai perempuan yang akan menikah) yang akan meninggalkan rumahnya menuju rumah suaminya, serta makan bersama sebelum kegiatan pemberkatan nikah dilakukan. Ketika kegiatan ini dilakukan, ada hal yang menjadi  perhatian saya, yaitu tak satu pun dari pihak keluarga parboru mendampingi pengantin perempuan selain orangtua pengantin perempuan. Menjadi satu pertanyaan bagi saya, dimanakah sanak saudara dari mempelai perempuan? Mengapa mereka tidak hadir pada acara  sibuha-buha i? Dimanakah mereka?  Apa yang sedang terjadi? Dimana kebersamaan keluarga yang sebelumnya hangat dan kompak diantara mereka? Dimana kasih keluarga? Dengan segudang pertanyaan yang muncul dalam pikiran saya, dan semoga semua keluarga yang tidak mendampingi keluarga mempelai perempuan, memliki kegiatan yang juga sama pentingnya dengan acara pernikahan yang sakral ini.

Seandainya Kamu yang sedang menikah saat itu, Tentu kamu sangat sedih jika kedua orangtuamu tidak ada yang mendampingi dari keluarga besar ayahmu. Dan pasti ada beberapa pertanyaan dalam hatimu mengapa saat pernikahanmu tidak ada yang mendampingi kedua orangtuamu. Dalam kondisi seperti ini sangat diperlukan memiliki kesabaran dan hati yang berlapang dada untuk menerimanya. Tetapi saya yakin ito saya akan kuat menghadapi kondisi ini dan terus belajar untuk berpikir positif. Bicara sebuah keluarga baru yang baru dibentuk, tentunya ada banyak target dan rencana keluarga yang akan dikerjakan dan dicapai.

Menurut informasi yang saya dapatkan, suami dari ito saya belum mendapatkan pekerjaan yang menetap dank arena sudah menikah, itokupun harus kehilangan pekerjaannya agar bisa bersama dengan keluarga barunya. Pada umumnya ketika keluarga yang baru dibentuk, ada  bebrapa  masalah masalah baru yang akan dihadapi atau yang disepakati, antara lain :

1.      Perbedaan prinsip dan kebiasaan

2.      Intervensi keluarga kedua bela pihak

3.      Di manakah harus bertempat tinggal

4.      Jika selama ini bekerja dikota yang berbeda, siapakah yang harus meninggalkan pekerjaannya dengan kesepakatan bersama.

5.      Jika tetap harus bekerja dikota yang berbeda setelah menikah, harus disepakati berapa lama harus menjalin hubungan jarak jauh. Karena kondisi ini tidaklah baik bagi pasangan yang baru menikah.

6.      Pemenuhan kebutuhan dan keuangan keluarga

7.      Dan mungkin ada beberapa lagi yang harus disepakati dalam keluarga yang baru dibina.

Pernikahan merupakan komitmen bersama seumur hidup, pernikahan yang gagal, umumnya terjadi karena salah satu pihak berhenti mencari solusi untuk masalah yang terjadi atau tidak memiliki keinginan untuk mencari solusinya. Untuk setiap pasangan suami istri, belar menerima pasangan menjadi solusi dari berbagai masalah yang dihadapi. Keluarga yang baru dibentuk juga merupakan komunitas kecil, tetapi merupakan komunitas yang sangat berpengaruhi komunitas- komunitas  yang lain.

Manusia secara psikologis, memiliki kebutuhan untuk diterima, diakui, mencintai dan dicintai, merupakan salah satu dari beberapa kebutuhan mendasar. Hidup dalam sebuah komunitas atau yang lebih sering disebut “Hidup Bersama” harus berlandaskan kasih. Hidup bersama adalah Realitas kehidupan yang tidak bisa diingkari, sebab manusia memang tidak mungkin bisa hidup sendiri. Komunitas yang paling kecil adalah keluarga. Apa yang akan terjadi jika kasih tidak ada lagi di tengah-tengah keluarga. Setiap komunitas tentunya terdiri banyak anggota, dan tentu anggota satu dengan yang lain saling membutuhkan dan saling melengkapi dalam mencapai tujuan yang sama. Tentu tujuan setiap manusia adalah mendapatkan kebahagian, sukacita dan damai sejahtera dan akhirnya dapat hidup rukun dalam sebuah komunitas. Ada beberapa hal yang akan menghancurkan hidup bersama, antara lain sikap individualistis, dan hidup dalam Kebohongan (berpura-pura). Seharusnya harus menyadari bahwa  setiap manusia tidak sempurna kita, tidak luput dari dosa dan kesalahan. Dan seharusnya kita dapat bersikap jujur, apa adanya karena berada di antara orang-orang yang sama-sama mengalami pengampunan Tuhan, kita harus dapat saling menerima satu dengan yang lain. Satu hal lagi yang perlu kita pahami adalah sikap individualistis adalah bunuh diri secara rohani.

Hidup bersama  adalah kesempatan untuk saling:

      Mendatangkan berkat,

      Mendatangkan kebaikan,

      Mendatangkan sesuatu yang menyenangkan bagi orang banyak orang di sekitarnya.

Hidup dalam kebersamaan seharusnya membuat orang mampu melihat dan membangun hal-hal yang baik. Hidup dalam kebersamaan akan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk memberikan arti dan makna  dalam lingkungan dan masyarakat. Melalui hidup bersama, orang dipanggil untuk hidup menjadi berkat dan mendatangkan kebaikan bagi dunia sekitarnya.

Mengasihi bukanlah sebuah selogan semata. Namun kasih adalah sebuah tindakan nyata. Kasih dalam sebuah komunitas dinyatakan dalam saling membantu. Inilah fungsi sebuah komunitas yang saling membangun, yaitu setiap anggota didalamnya memiliki kekurangan dan kelebihannya masing masing. Karena itulah perlu saling membantu kekurangan orang lain melalui kelebihan yang kita miliki.

Dalam hal saling membantu diperlukan adanya kerendahan hati, lemah lembut dan sabar akan  yang lain dalam dasar kasih. Pada sebuah komunitas, kasih merupakan ikatan yang  mempersatukan apabila dalam sebuah komunitas ada ikatan yang kuat, maka komunitas tersebut jugaakan kuat. Bahkan setiap anggota didalamnya dapatsaling bertumbuh menjadi pribadi yang kuat

Pada kesempatan ini, adakah  seorang saudara di dalam  komunitasmu yang dengannya  kamu tidak mempunyai hubungan baik? Buanglah sikap individualistis, dan hidup dalam kebohongan (berpura- pura), ingatlah sebuah hubungan tanpa kasih, adalah hubungan yang dangkal dan berujung pada perpecahan. Karena itu marilah berjuang untuk memiliki sikap rendah hati, saling mengampuni dan memaafkan satu dengan yang lain, sehingga kita memiliki suatu komunitas yang bertumbuh dan berdampak bagi sekeliling kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar