Rabu, 02 November 2022

Modul 3.2.a.9 Koneksi Antar Materi – Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya

 Modul 3.2.a.9 Koneksi Antar Materi –

Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya

1.  Kesimpulan Terkait Materi Pemimpin Pembelajaran Dalam Pengelolaan Sumber Daya

 

Menjadi seorang pemimpin harus mampu meningkatkan rasa kepekaan terhadap kondisi dan situasi yang ada di sekolah, karena berdasarkan inilah kita akan mampu melakukan tindakan yang tepat untuk kemajuan sekolah

 

Dan kolaborasi harus dilakukan untuk mewujudkannya kita tidak bisa berjalan sendiri, kita perlu bergotong royong memanfaatkan segala potensi yang ada di sekolah. Melalui sebuah aksi nyata dari tindakan yang terkecil sampai hal yang lebih kompleks.

 

Pendekatan Komunitas Berbasis Aset ini sangat cocok di terapkan di sekolah, karena ternyata banyak sekali aset yang dapat dijadikan kekuatan untuk menciptakan sekolah yang lebih baik, adapun 7 aset yang ada sebagai berikut:

Modal Manusia

Modal Sosial

Modal Fisik

Modal Lingkungan Atau Alam

Modal Finansial

Modal Politik

Modal Agama dan Budaya

 

Kita harus fokus pada aset dan kekuatan, Membayangkan masa depan, Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut, Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya dalam hal ini adalah aset

 

Pemimpin Pembelajaran harus bisa mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna, dan mendorong kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan harapan hasil akan lebih berkelanjutan

 

 

2.    Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. 

 

Sekolah  sebagai ekosistem yang saling berkaitan antara unsur biotik dan abiotik. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Yang termasuk dalam factor biotik adalah pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, staf/ Tenaga Kependidikan, Murid, Orang Tua, dan Masyarakat sekitar sekolah.

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya Keuangan, dan Sarana dan prasarana

Sebagai pemimpin pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya yang harus dilakukan dengan ekosistem sekolah adalah dengan mengembangkan asset-aset tersebut berdasarkan kekuatan dan kelebihannya

a. Modal/aset Manusia

1) Pengawas sekolah

Pengawas sekolah sebagai aset manusia karena selalu memberikan motivasi, melakukan refleksi, Berdiskusi terkait dengan hasil refleksi, dan memonitoring Tindak Lanjut yang dilakukan bersama

2) Kepala Sekolah
Tugas kepala sekolah sebagai Fasilitator,Memberi dukungan penuh, dan sebagai Motivator dan memberdayakan segala sumber daya yang ada secara maximal

3). Guru
Guru 99 % berijazah S-1, 90 % bersertifikat pendidik, Memiliki keperpihakan pada murid, dan 90 % selalu update pengetahuan dan keterampilan teknologi dalam mendidik siswa . guru dapat melakukan pengembangan diri melalui pelatihan

4) Tenaga Non Kependidikan
Tenaga Non kependidikan Cekatan dalam memberikan layanan public, Pengarsipan data murid, data guru dan mendokumentasikan segala kegiatan sekolah yang akan berguna dalam pengambilan keputusan

5) Orang tua
Orang tua Apresiatif dan inisiatif kolaborasi dengan pihak sekolah, dan  Mendukung dan memfasilitasi kebutuhan murid, bahkan bagi orangtua yang memilki potensi dalam peningkatan pembelajaran disekolah dapat diberdayakan menjadi guru tamu dalam bernagai kegiatan

6) Komite
Komite selalu Apresiatif dan inisiatif kolaborasi dengan pihak sekolah, Mendukung dan membentuk perwakilan  orang tua untuk terus mendukung kegiatan kegiatan yang berdampak bagi masyarakat

7) Murid
Murid Semangat dalam belajar sesuai dengan bakat dan gaya belajarnya, dan Memiliki impian sesuai profil pelajar Pancasila dapat diberdayakan sesuai  kodrat mereka masing masing. Bakat dan minat murid yang beragam tentunya menjadi asset yang dapat digunakan untuk mencapai visi dan misi sekolah dan mengwmbangkan serta memajukan pendidikan ditingkat sekolah, kecamatan, kabupaten dan bahkan tingkat nasional

b. Modal Sosial

Dalam mendukung potensi, Kesehatan, dan wawasan siswa ,guru memaksimalkan aset berupa Persatuan  orang tua, kerjasama dengan Koramil, Puskesmas, Kejaksaan, Kepolisian, Organisasi Keagamaan, BNN, Bimbel, dan Lembaga Pendidikan ( SMA/SMK)

c. Modal Fisik

Berikut modal fisik yang memfasilitasi kebutuhan siswa berupa Ruang Kelas, Lab IPA, Ruang Guru, Kantin
Ruang Kepala sekolah, Aula, Ruang TU, Tempat parker, Ruang OSIS, Ruang Pramuka, UKS, Ruang Musik, Toilet, uang BK, Masjid, Lab Komputer, dan Perpustakaan

d. Modal Lingkungan/alam

Modal lingkungan alam yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar murid antara lain Perkebunan, Tanaman obat, Wisata Lingkungan,dll

e. Modal Finansial

Modal Finansial diantaranya berasal dari Dana Bos, Dana Sosial, Dana Insidental, dan Dana Wirausaha (Bisnis Center)

f. Modal Politik

Modal politik diantaranya dari Puskesmas, Kepolisian, Koramil, BNN, Organisasi Keagamaan, dan Lembaga Pendidikan setingkat diatasnya

Dengan dukungan 7 aset , menjadikan pembelajaran murid berkualitas dan berkelanjutan

 

3.    Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

 

A.  Modul 1.1 Nilai Filosofi Ki Hadjar Dewantara

Modul 1.1 tentang sumber daya manusia yaitu murid itu sendiri, sebagai pemimpin pembelajaran maka kita harus mendidik siswa semaksimal mungkin sesuai filosofi Ki Hadjar agar siswa bisa berkembang sesuai kodratnya. Menurut Ki Hadjar Dewantara, bahwa maksud pendidikan itu adalah kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Siswa memiliki 2 kodrat alam dan kodrat zamannya, sebagai pemimpin pembelajaran kita bisa mengelola aset sumber daya murid dengan pola asah asih asuh dengan menuntun mereka agar bisa melejitkan potensi siswa sehingga bisa mencapai kebahagiaan yang setingi-tingginya. Modul 1.1 berfokus pada anak-anak, sehingga guru sebagai petani, bisa menuntun kodrat anak agar bisa tumbuh sesuai kodratnya dengan mengelola asset yang ada.

B. Modul 1.2  Nilai dan peran Guru Penggerak

Modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, juga membahas tentang sumber daya manusia yaitu dari segi guru, dimana untuk bisa mengelola potensis siswa, maka seorang gru harus memiliki kapasitas, komepetensi dan dasar nilai dalam mengelola asset yang ada. Nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam pengelolaan asset sekolah terutama untuk mewujudka profil pelajar pancasila. Juga ada cara kerja bagaimana memkasimalkan nilai-nilai karakter anak agar bis aberkembang dengan baik. Begitu juga dengan peran sebagai guru penggerak yaitu pemimpin pembelajaran, pemimpin pengembangan sekolah, pemimpin manajemen sekolah. Dalam modul ini juga dibahas bagaimana pengembangan karakter pada anak, bagaimana karakter bertumbuh atau pengelolaan sumber daya murid kita

C.  Modul 1.3 Tentang Visi guru Penggerak

Modul ini berbicara bagaimana mengelola asset atau sumber daya, pendekatan apa yang kita gunakan untuk melakukan sebuah perubahan, bagaimana kita mencapai perubahan atau visi yang kita inginkan sehingga modul 3.2 ini kembali memperkuat modul 1.3  tentang pendekatan inkuiri Apresiatif model BAGJA dalam melakukan perubahan atau pengembangan sekolah. Mellaui pendekatan IA, Model BAGJA maka sebagai pemimpin pembelajaran kita bisa melakukan perubahan yang berbasis asset atau sumber daya untuk menuju perubahan positif. BAGJA memiliki tahapan sebagai berikut:

 

D. Modul 1.4 Buaday Positif

tentang budaya positif yaitu berupa lingkungan yang mendukung perkembangan siswa, Sebagai petani, maka kita akan memaksimalkan sumber daya lingkungan yang positif agar anak anak bertumbuh sesuai kodratnya. Sebagai pemimpin pemelajaran adalah abgaiamana mengelola budaya positif , mengelola lingkungan baik biotik maupun abiotic yang mendukung perkembangan karakter baik pada siswa sehingga tujuan pendidikan seperti yang diharapkan terwujud yaitu menjadikan siswa selamat dan bahagia

E. Modul 2.1 Tentang pembelajaran berdiferensiasi

Dimana sebagai pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa setiap anak mempunyai  kodrat berbeda sehingga dibutuhkan pembelajaran diferensiasi sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam tersebut. Untuk bisa melakukan perubahan dalam kelas dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi maka seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan asset atau sumber daya dan juga memanfaatkan asset atau sumber daya yang ada, baik itu sumber daya manusia komponen biotik  maupun sumber daya yang berupa komponen abiotik, yaitu  sarana prasarana dan keuangan untuk bisa menyusun dan mendesain strategi pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dan tepat sehingga bisa memenuhi kebutuhan belajar siswa

Setiap anak memiliki kodrat yang berbeda baik dari segi minat, profil belajar, maupun kesiapannya sehingga pembelajaran berdiferensiasi sebagai sebuah strategi untuk menuntun anak sesuai kekuatan kodratnya.

F. Modul 2.2 Tentang pembelajaran sosial emosional

Modul yang membahas cara atau strategi sebagai pemimpin pembelajaran untuk  menuntun anak-anak untuk mewujudkan siswa yang selamat dan bahagia. Pendidikan ataupun pembelajaran bukan semata mata berorientasi pada aspek kognitif tapi bagaimana bisa mengembangkan kecerdasan sosial emosional pada diri anak agar anak bahagia.Tehnik mindfulness bisa dijadikan strategi atau cara mengelola sumber daya manusia yang kita miliki yaitu murid sehingga potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang optimal.

G. Modul 2.3 Coaching

Modul 2.3 tentang coaching merupakan sebuah tehnik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Coaching memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak sehingga metakognisinya meningkat dan berpikir kritis dan mencapai potensi diri yang optimal.

H. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin Pembelajaran

Dalam modul ini seorang pemimpin pembelajaran, dituntut untuk bisa mengambil keputusan yang beretika dengan menggunakan prinsip berpikir berbasis 4 paradigma, 3 resolusi berpikir dan 9 langkah pengujian keputusan. Prinsip pengambilan Keputusan ini sangat penting apalagi yang berkaitan dengan pengelolaan asset atau sumber daya sekolah untuk kepentingan murid.

 

 

 

 

4.    Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

 

a. Sebelum

Sebelum mengikuti pelatihan modul 3.2 , dalam kegiatan saya sering berfokus pada kekurangan/masalah, tanpa melihat potensi dan kekuatan yang mendukung, membuat kegiatan saya dan komunitas menghasilkan kegiatan yang kurang maksimal dan memerlukan waktu lama.

b. Sesudah

Sesudah mempelajari modul 3.2 Fokus pada aset dan kekuatan dengan
Membayangkan masa depan tentang kesuksesan yang akan diraih dan berupaya memaksimalkan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut melalui cara mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan), dan merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan

c. pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini

setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini,

1.    Cara berpikir saya berubah, saya belajar melihat di dalam sebuah kelemahan ada kekuatan, dan didalam suatu masalah adalah peluang yang dapat dikerjakan untuk diberdayakan dalam mencapai sesuatu.

2.    Belajar untuk terus menggali kekuatan apa saja yang dimiliki sekolah untuk dapat diberdayakan untuk mencapai suatu tujuan

3.    Belajar untuk mengkomunikasikan sumberdaya yang dimilki sekolah kepada warga sekolah saat mengerjakan suatu program sekolah, dan tentunya akan berkolaborasi dalam mengerjakan sebuah program

Sabtu, 22 Oktober 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3. 1

 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS  NILAI NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

1. 


1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (KHD)  Triloka  yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, menjadi sangat relevan untuk dijadikan landasan dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Karena sejatinya seorang guru adalah penuntun yang tugasnya adalah menuntun kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Makna kata “Penuntun”, dapat dipahami sebagai “Pemimpin Pembelajaran”, yang berpusat pada murid.

Berlandaskan filosofi Pratap Triloka KHD dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada BUDI PEKERTI. BUDI (cipta, rasa, karsa) dan PEKERTI (tenaga/raga) harus seimbang dan holistik. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambllan keputun harus menuju kepada KEBIJAKSANAAN. Menurut KHD, semua yang kita lakukan di bidang pendidikan harus berorientasi kepada murid. Atau bahasa lain yang digunakan KHD adalah " Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak". "Pendidikan itu harus memerdekakan"

Pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas yang berpihak dan memerdekakan murid akan menjadi contoh dan tauladan bagi murid-murid untuk mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Diharapkan bahwa murid akan lebih nyaman untuk berkomunikasi dan menentukan pilihan keputusan bersama dengan guru , dan para guru akan lebih memperhatikan kepentingan muridnya.

 

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang dimiliki seorang guru adalah nilai kebajikan, di antaranya keadilan, tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita.

Sebagai Calon Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid.

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.

 

3.  Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pendidikan Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid melakukan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. Proses coaching dilakukan sebagai pendampingan bagi coachee dalam menemukan solusi dan menggali potensi yang ada dalam diri, yang kemudian dituangkan dalam sebuah tindakan sebagai bentuk tanggung jawab (TIRTA). 

 Berdasarkan  filosofi Ki Hajar Dewantara tentang peran utama guru (Pamong/Pedagog), maka memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid). Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab. Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. kita, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan. Tugas guru adalah menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya. Hal ini selaras dengan Tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka.

 

Pendekatan coaching model TIRTA menjadi selaras jika disandingkan dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada anak. Keterampilan coaching akan membantu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.

 

Dalam proses coaching, seorang coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru atas situasi yang sedang dihadapi. Proses coaching menekankan pada proses inkuiri yaitu kekuatan pertanyaan atau proses bertanya yg muncul dalam dialog saat coaching. Pertanyaan efektif mengaktifkan kemampuan berpikir reflektif para murid dan keterampilan bertanya mereka dalam pencarian makna dan jawaban atas situasi atau fenomena yang mereka hadapi dan jalani.

 

4.  Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? 

Diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL).

Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37). Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.

 

5.  Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? 

Sebagai seorang pendidik seringkali kita dihadapkan pada suatu keadaan di mana kita harus  mengambil sebuah keputusan sulit. Namun, perlu kita ketahui bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut merupakan dilema etika. Ada kalanya itu lebih berupa bujukan moral. 

"Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral." (Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).

Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Ketika Guru berhadapan dengan kasus-kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak .

Selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran kita memiliki kecenderungan pada prinsip : (1) Melakukan, demi kebaikan orang banyak.; (2) Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri kita; (3) Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda.

Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku.

6.  Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

 Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. 

 Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan bebrapa tahap berikut, yaitu :

  • Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesui dari suatu kasus
  • Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan.
  • Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika 
  • bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut

 

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

  • Tantangan dalam menjalankan pengambilan keputusan tentunya sebagai pendidik terkadang harus meminta pendapat dari pimpinan sebelum keputusan diambil jika kasusnya berhubungan dengan kepentingan sekolah  dan dalam waktu jangka panjang.
  • Mengambil keputusan sendiri untuk masalah/kasus pribadi saya sebagai pendidik terlebih berhadapan dengan siswa, perasaan kasihan terkadang mengalahkan untuk menegakkan peraturan
  • Ketika berhadapan pada suatu dilema etika individu lawan masyarakat (dalam konteks di sekolah). Kecenderungan pendapat individu (kelompok kecil) akan terpatahkan oleh masyarakat (kelompok besar). Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan kenaikan kelas bagi anak yang memiliki kompetesi pengetahuan rendah tetapi memiliki nilai karakter yang baik.
  • Trauma dari kegagalan mengambil keputusan di masa lalu
  • Kekhawatiran jika keputusan yang diambil justru berdampak tidak baik (merugikan) bagi sebagian besar suatu pihak.
  • Menyelidiki situasi atau masalah secara detail atau mengumpulkan berbagai macam informasi terkait dengan situasi tersebut. Contoh : Seringkali informan memberi keterangan yang tidak konsisten.

8.  Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

"Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan transformasional, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid?" (Nadiem Makarim, 2020)

Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran hendaknya dapat “menuntun” dan memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang didapatnya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.

 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti.  Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.

Keputusan-keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah, terutama bagi murid. Pendidik adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Guru sebagai pendidik yang peran utamanya adalah "menuntun" segala kodrat yang dimiliki oleh anak, baik kodrat alam maupun kodrat zamannya, agar anak meraih kemerdekaannya dalam belajar. Dalam proses menuntun, guru berperan sebagai pamong, yang mengedepankan azaz pratap trikolaka ing ngarso sung thulodo, ing madyo mbangun karso, dan tut wuri handayani dalam kepemimpinannya di pembelajaran. Pratap Triloka KHD yang dikedepankan oleh guru dalam pengambilan keputusan di kelas akan membawa kepada perubahan positif pada BUDI PEKERTI anak. Kesempurnaan budi pekerti akan membawa anak pada kebijaksanaan. Semua disiplin ilmu dan pengambilan keputun harus menuju kepada KEBIJAKSANAAN.

 11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dibutuhkan nilai-nilai kebajikan  agar setiap keputusan yang diambil oleh guru merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada peserta  didik. Nilai-nilai kebajikan tersebut dapat berupa : keadilan, tanggung Jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih Sayang, rajin, komitmen, percaya Diri, kesabaran, dan masih banyak lagi. Mengajarkan nilai-nilai kebajikan merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita. Selain itu terdapat nilai khusus bagi Calon guru Penggerak yang akan menjadi role model bagi murid yaitu : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak .hal hal yang diluar dugaan adalah adanya 9 langka pengambilan dan pengujian dalam proses pengambilan keputusan. ini yang memang perlu dilakukan sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada peserta  didik. 

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

 saya pernah menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi moral dilema, tentu saya memilki pemahaman yang jelas tentang pradigma dilema etika dan membedakan dengan bujuk moral, memahami prinsip pengambilan keputusan, pemahaman ini sangat membantu saya dalam membuat keputusan yang baik, meskipun tetap akan ada resiko setiap keputusan yang saya ambil

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Sebelum mempelajari konsep ini tentunya tidak ada pedoman atau panduan bagi saya untuk menghasikan keputusan yang baik, tetapi stelah modul 3.1 ini, sangat membantu saya untuk mendapatkan keputusan yang baik, karena akan melalui langka pengambilan dan pengujian dalam pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk membuat pilihan-pilihan yang konstruktif terkait dengan perilaku pribadi serta interaksi sosial mereka berdasarkan standar etika, pertimbangan keamanan dan keselamatan, serta norma sosial (CASEL). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Karena di dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stres, dan munculnya perasaan tenang dan stabil. Dengan latihan berkesadaran penuh, maka seseorang dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.

 14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

topik modul 3.1 dengan topik PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS  NILAI NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN, tentunya sangat penting bagi saya, karena selama hidup tentu akan diperhadapkan dalam pengambilan keputusan, terlebih diperhadapkan kasus dilema etika, kasus yang berhadapan benar dengan benar, tentunya dibutuhkan keterampiilan. karena itu sebagai seorang pemimpin perlu memilki pemahaman yang jelas dan perlu melatih keterampilan dalam pengambilan keputusan


DEMONTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.1

 1.   KASUS PERTAMA






  Dari Kepala sekolah SMK NEGERI 1 JORLANG HATARAN Kabupaten Simalungun antara lain :

Pada bulan Oktober 2022, SMK negeri 1 Jorlang Hataran akan kembali mempersiapkan sekolah untuk diakreditasi. Ibu Rosmely Damanik,S.Pd,M.Si sebagai sekolah melakukan rapat bersama dengan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan. Hasil rapat adalah masing masing pendidik dan tenaga pendidikan mempersiapkan bagiannya. Khusus untuk team manajemen sekolah akan kembali menyusun dokumen kegiatan sekolah yang selama ini akan dikerjakan. Kepala sekolah hampir tiap hari mengecek persiapan yang dilakukan termasuk upload dokumen pada link yang telah disediakan. Pada tanggal 19 oktober 2022 kepala sekolah harus berangkat keluar kota untuk mengikuti rapat koordinasi ditingkat propinsi, kegiatan berlangsung selama 2 hari. Pada tanggal 20 oktober 2022, setelah kegiatan rapat selesai,  ibu kepala sekolah mendapat pemberitahuan melalui surat, bahwa kegiatan Visitas team akreditasi akan dilakukan pada hari Jumat, 21 oktober 2022, sementara dalam waktu yang sama ibu kepala sekolah juga harus hadir dalam pertemuan kerjasama dengan perusahaan di Semangke. Dua kegiatan yang sama sama penting untuk perkembangan sekolah. Apakah keputusan yang akan diambil oleh kepala sekolah? Kepala sekolah melakukan pertemuan secara daring  bersama dengan team manajement untuk membahas  persiapan visitas besok. Dan dalam pertemuan tersebut. Ibu kepala sekolah juga menyampaikan dilema yang sedang dihadapi tentang 2 kegiatan yang harus dihadiri pada waktu bersamaan, kepala sekolah meminta pendapat dari team. Ibu kepala sekolah melakukan komunikasi kepada pihak perusahaan untuk bermohon agar waktu melakukan perjanjian kerjasama diundurkan tanggal pertemuannya. Tetapi pihak perusahaan tetap mengatakan jadwal tidak akan lagi dirubah. Dan pihak perusahaan mengatakan agar mengutus perwakilan dari kepala sekolah yang menghadirinya.setelah komunikasi yang dilakukan, ibu kepala sekolah mengambil keputusan untuk hadir disekolah dalam kegiatan visitas akreditasi sekolah dan mengutus wakil kepala sekolah bagian DUDI/HUMAS untuk menghadiri pertemuan melakukan kerjasama dengan Pihak Perusahaan. Dari kasus yang terjadi,  ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan yaitu kepala sekolah harus hadir dalam pertemuan pembuatan kerjsama dengan perusahaan dan kepala sekolah harus siap dalam visitas akreditasi sekolah. Dari kasus ini, ibu kepala sekolah dalam pengambilan keputusan adalah berdasarkan skala prioritas dan kepentingan jangka panjang. Dari kasus kasus sebelumnya kepala sekolah juga melakukan pengambilan keputusan berdasarkan nilai nilai kebajikan.

 

2.   Kasus kedua



Dari Pimpinan/Pengelola sekolah EPIC Kids School and Therapy sekolah berkebutuhan khusus di kota Pematang Siantar  Ruth Maya Tamba, M.Psi., Psikolog

Format pendidikan pada sekolah EPIC KidsSchool and Therapy sekolah berkebutuhan khusus sedikit berbeda dengan format pendidikan secara sekolah biasanya.

Struktur sekolah yang ditetapkan adalah sekolah dipimpin oleh pengelola, koordinator guru kemudian guru serta asisten guru. Jumlah kelas ada tiga yaitu kelas kemandirian, kelas akademik/ pra akademik dan  kelas sensori prosesing. Tiap kelas berdiri sendiri dan masing masing  kelas dikelola guru dan asisten. Sistem belajarnya adalah moving kelas.Kegiatan pembelajaran dilakukan dari jam 08.00 WIB sampai 12.00 WIB. Setalah kegiatan sekolah berakhir, setiap guru melakukan persiapan belajar mengajar untuk ke esokan harinya. Jam kerja guru dan asisten dimulai jam 08.00 WIB sampai jam !4.00 WIB. Guru mempersiapakn materi ajar selama 2 jam untuk kegiatan esok harinya. Satu ketika, pimpinan melihat kasus dimana koordinator guru pulang sebelum jam kerja. Selama ini kekeluargaan sangat terbina disekolah ini,  ada saling percaya antara pimpinan kepada guru. koordinator guru mulai tdk disiplin pada jam kerja yang telah ditetapkan. Sepengatuan pimpinan , Koordinator guru memang memilki usaha seperti Bimbel kecil. Tentunya jika kasus ini dibiarkan,

Tentu hal ini akan berdampak tidak baik kepada peserta didik, dan aturan yang ditetapkanpun serta tanggungjawab sebagai koordinator juga tidak dilaksanakan dengan baik. Sebagai pimpinan, koordinator dipanggil untuk melakukan komunikasi yang baik, agar jam kerja tetap dilaksankan dan tanggung jawab sebagai koordinator dilakukan dengan baik. Setelah  pertemuan yang telah dilakukan, koordinator kembali mengerjakan tugas dengan baik dan bertanggungjawab. Dalam kasus ini faktor faktor yang dilakukan dalam pengambilan keputusan adalah dengan melakukan pendekatan pribadi dan mengingatkan aturan kerja atau ketetapan yang telah disepakati.

Kasus lain yang terjadi adalah asisten guru sedang kuliah. Dan sering meminta izin pada jam kerja untuk bertemu dengan dosen.Tentu akan merugikan siswa jika kondisi ini dibiarkan. Langka yang dilakukan adalah melakukan pendekatan pribadi dan juga menegaskan bahwa jam kerja tetap harus ditaati dan diharapkan melakukan kegiatan pertemuan dengan dosen setelah jam kerja berakhir.

ANALISIS DARI HASIL WAWANCARA :

1.Hal hal yang menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan penting mengganjall apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal hal yang anda pelajari seperti 4 pradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian apa yang anda lakukan?

hal hal yang menarik antara lain :

a. pengambilan keputusan kepala sekolah SMK NEGERI 1 JORLANG HATARAN adalah  dilakukan dengan  mengutamakan kepentingan sekolah dan khususnya kepentingan peserta didik, jika dilihat dari DARI PRADIGMA DILEMA ETIKA ADALAH JANGKA PENDEK LAWAN JANGKA PANJANG, karena untuk akreditasi untuk kepentingan sekolah selama 5 tahun sedangkan perjanjian kerja hanya untuk satu tahun, dan jika dibatalkan dapat digantikan dengan perusahaan lain sedangkan  untuk kepala sekolah EPIC KidsSchool and Therapy sekolah keputusan yang diambil juga tetap berpihak pada murid, jika dilihat dari PRADIGMA DILEMA ETIKA ADALAH RASA KEADILAN LAWAN RASA KASIHAN. keduanya telah menerapkan prinsip dalam pengambilan keputusan, berpihak pada murid, berdasarkan nilai nilai kebajikan dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan

b. dalam pengambilan keputusan, tentu  tidak terlepas dari dampak negatif, misalkan untuk kepala SMKNEGERI 1 JORLANG HATARAN, kemungkinan rasa percaya pihak perusahaan berkurang karena pertemuan diwakilkan, sedangkan untuk EPIC KidsSchool and Therapy sekolah, dengan menegakkan aturan sekolah,, kemungkinan ada guru yang merasa tersinggung. tetapi kedua pemimpin melakukan keputusan karena memperhatikan prioritas kebutuhan untuk sekolah.

dapat saya simpulkan ke 2 kepala sekolah dalam pengambilan keputusan sudan menerapkan prinsip pengambilan keputusan yaitu keputusan yang diambil berbasis akhir akhir


2. Bagaimana hasil wawancara ke dua pemompin yang anda wawancarai, adakah persamaan atau perbedaan  dan adakah yang meninjol dari salah satu pemimpin tersebut, mengapa, apa yang membedakannya.

persemaannya adalah ke dua kepala sekolah telah menerapkan prinsip pengambilan keputusan yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai nilai kebajikan dan bertanggungjawab dengan keputusan yang diambil. persamaan lainnya adalah melakukan komunikasi yang baik sebelum mengambil keputusan

perbedaannya adalah dari kasus yang dihadapi, berbeda Pradigma dilema etika, kepala sekolah SMK NEGERI 1 JORLANG HATAN  jangka pendeng lawan jangka panjang, sedangkan kepala sekolah EPIC KidsSchool and Therapy sekolah adalah rasa keadilan lawan rasa kasihan.

sesuai analisis yang saya lakukan kedua kepala sekolah telah melakukan analisis masalah dengan mengutamakan kepentingan sekolah khususnya kepentingan siswa

3. apa rencanakedepan para pemimpin dalam menjalani dalam pengambilan keputusan yang mengandung dilema etika, bagaimana mereka dapat mengukur efektifitas pengambilan keputusan mereka?

mereka akan belajar untuk melakukan analisis permasalahandengan berkolaborasi dengan team manajemen dan tetap berdasarkan 4 pradigma dilema etika, 3 prinsip dan 9 langka pengujian dalam pengambilan keputusan

4. Bagaiamana anda sendiriakan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan andalingkungan anda dan pada kolega guru guru anda? kapan anda menerapkannya?

yang akan saya lakukan tentunya akan belajar untuk melakukan pengambilan keputusan dengan menganalisis kasu yang terjadi berdasarkan 4 pradigma  dilema etika, 3 prinsip dan belajar untuk melakukan 9 langka pengujian dalam pengambilan keputusan. kapan akan saya lakukan? tentunya ketika saya diperhadapkan kasus, baik itu dalam keluarga, sekolah atau masyarakat. dan saya akan memulai dari masalah masalah kecil yang saya hadapi dari sekarang.