Minggu, 09 Oktober 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

 

A.     Pentingnya Proses Coaching  dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, berketuhanan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan juga lingkungan masyarakat. Dengan demikian, semua upaya yang dilakukan dalam konteks pendidikan bukan hanya harus direncanakan dengan cermat, tetapi juga harus ditujukan untuk pengembangan potensi peserta didik. 

Standar proses telah secara jelas mendeskripsikan kriteria pelaksanaan pembelajaran yang harus dipertimbangkan oleh pendidik dan sekolah beserta prinsip-prinsipnya. Semua praktik pembelajaran tersebut harus merupakan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, yaitu pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik yang beragam, pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional peserta didik serta pembelajaran yang dapat membangun komunikasi yang empatik dan memberdayakan peserta didik dalam mencari solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dengan berdasarkan prinsip coaching.

B.     Pengertian Coaching dan Relevasinya dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Coaching merupakan proses kolaborasi yang fokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee. Coaching merupakan salah satu metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya berpusat pada siswa. Dengan metode ini, pendidik dapat mendorong peserta didik untuk menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kreatif, Dalam coaching ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman.

Hal ini sejalan dengan pemikiran sang Maestro Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (KHD) dimana menurutnya pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah prilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat.

C.     Peran Guru dalam Coaching

Peran Guru sebagai coaching hendaknya tidak mengajarkan atau menginstruksikan sesuatu, tidak juga memberikan saran atau solusi secara langsung. Guru membantu peserta untuk belajar dan bertumbuh. Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengajukan pertanyaan. Tentu saja bukan sembarang pertanyaan. Namun pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu kesadaran diri dan memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati, dengan demikian diharapkan guru dapat menuntun peserta didik untuk menemukan solusi di setiap permasalahan dan meraih prestasi terbaik dengan kekuatan yang dimilikinya.

D.    Konektivitas Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional.

Sistem Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra peserta didik untuk melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa yang dilakukan?, salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu peserta didik, dalam hal ini “KHD mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman dan setiap individu peserta didik adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung yang justeru membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik”.

Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berfokus pada kebutuhan peserta didik dan sejalan dengan prinsip pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. Dengan memperhatikan konten, proses, produk, pendidik dapat menyesuaikan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran agar dapat ke semua tahapan proses tersebut, sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar murid-murid dan membantu kesuksesan belajar mereka. Selain itu, proses pembelajaran berdiferensiasi juga mensyaratkan adanya praktik-praktik penilaian yang baik.

          Selain mendesain pengalaman belajar dan lingkungan belajar yang dapat merespon kebutuhan belajar murid agar murid dapat mencapai tujuan pembelajaran melalui pembelajaran berdiferensiasi. Sebagai pendidik tentu harus berupaya menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional peserta didik.

Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) ini semakin mendesak untuk kita terapkan dan praktikkan karena pentingnya perkembangan murid secara holistik, bukan hanya intelektual tetapi juga fisik, emosional, sosial, dan karakter. Sebagai pendidik yang mendampingi peserta didik di sekolah sepanjang hari, maka sudah sepatutnya pendidik memikirkan bagaimana menuntun peserta didik untuk mencapai kodratnya, bagaimana membimbing peserta didik agar dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya dengan setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaannya. Di sinilah letak urgensi PSE untuk mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik.

         Pembelajaran sosial dan emosional merupakan pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih lima kompetensi sosial dan emosional (KSE), yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Sebagai seorang pendidik tentu harus mampu membawa komunikasi yang empati dan memberdayakan diri sebagai pemimpin pembelajaran dalam membuat perubahan strategi yang mampu menggerakkan komunitas sekolah pada ekosistem belajar. perubahan strategi yang sejalan dengan semangat merdeka belajar untuk meningkatkan kualitas kurikulum yang bermakna dan kualitas sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid di sekolah.

Seorang pendidik harus memahami konsep yang sejalan dengan pemikiran filosofis pendidikan Ki hajar Dewantara dan perkembangan pendidikan abad ke 21. Pendidik harus menguatkan paradigma berpikir among, prinsip coaching, kompetensi inti coating, alur percakapan TIRTA dan supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching. Dengan mempelajari dan mempraktikkan beberapa latihan percakapan berbasis coaching baik terhadap murid maupun rekan sejawat dapat menguatkan perjalanan pembelajaran pendidik menjadi seorang pemimpin pembelajaran. 

          Selama menjadi pendidik tentu dalam proses pembelajaran pernah diobservasi atau disupervisi oleh kepala sekolah. Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik sebagaimana tertuang dalam standar proses pada standar nasional pendidikan.  Supervisi akademik yang dijalankan semestinya harus benar-benar berfokus pada proses pembelajaran. Selain, itu, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri seorang pendidik di sekolah. 

          Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri pendidik. Pemimpin sekolah dapat mendorong warga sekolahnya untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakkan pada murid adalah  pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

Selain itu pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar